Review Buku Andai Kita Hidup di Zaman Nabi Musa

 

bektisiblogger – Ketika aku menggulirkan laman instagramku, aku melihat unggahan buku ini. Judulnya membuatku penasaran. Dari takarir yang dituliskan pun semakin membuatku ingin membacanya. Andai kita hidup di zaman Nabi Musa… Seperti apa ya isi bukunya? Yuk simak ulasan selanjutnya.

~ Blurb ~

Buku ini berisikan kumpulan serpihan hikmah dan pengalaman tentang ilmu. Isinya mengangkat remeh-temeh kehidupan menjadi sesuatu yang layak untuk direnungkan. Dengan bahasa yang mengalir dan enak dibaca, kita tidak perlu mengernyitkan dahi untuk berpikir keras. Namun, saat membaca wajah terasa ditampar berkali-kali karena diingatkan dengan hal-hal yang sering kita lalaikan.

Judul Buku: Andai Kita Hidup di Zaman Nabi Musa

Karya: M. Gufran Haramain

Penerbit: PT Elex Media Komputindo

Cetakan pertama, 2021

ISBN: 978-623-00-2641-6

Bekti Si Blogger Photo


~ Review Buku Andai Kita Hidup di Zaman Nabi Musa ~

Jujur saja, ketika aku membaca judul buku ini yang ada di benakku kala itu adalah kisah-kisah pada zaman Nabi Musa. Namun, ternyata aku salah. Judul buku ini diambil dari salah satu judul sub-bab yang ditulis oleh penulis.

Seperti yang tercantum di sampul depannya, buku ini berisi serpihan hikmah tentang ilmu, pengalaman, dan kisah-kisah masa lalu. Buku ini terdiri dari lima bab yang masih dijabarkan menjadi sub-bab.

Saat aku membaca buku ini, rasanya seperti tertampar secara tidak langsung. Mengapa aku merasakan hal seperti itu? Hal itu dikarenakan setelah membaca buku ini aku diingatkan kembali dengan hal-hal yang masih dianggap sepele atau belum aku ketahui.

Pernahkah kamu mendengar tentang larangan makan bersama wanita yang sedang haid? Di dalam buku ini dituliskan bahwa pada saat zaman Nabi Musa dulu ketika ada seorang istri yang haid, ia tidak diperbolehkan makan bersama orang lain, termasuk suami dan anak-anaknya. Wanita yang sedang haid tersebut harus diasingkan ke tempat khusus sampai ia selesai dari haid.

Ada pula hukum lain, yaitu memotong tempat yang terkena najis. Misalkan pakaian kita terkena najis, bagian pada pakaian tersebut harus dipotong.

Dua hal tersebut merupakan hukum yang berlaku pada zaman Nabi Musa. Namun, hukum tersebut hanya berlaku di zaman dulu dan telah diangkat atau dihapus oleh Allah. Seperti yang disampaikan oleh penulis bahwa mungkin bisa kita bayangkan, seandainya hukum tersebut masih berlaku sampai saat ini, betapa akan terasa berat kita jalani. Oleh sebab itu, wajib bagi kita untuk selalu bersyukur karena Allah telah memberikan kenikmatan dan kebaikan.

Selain dua pembahasan tersebut, ada pembahasan lain yang mungkin kita anggap hal remeh, yaitu ibadah salat. Kita sebagai umat muslim tentu sudah mengetahui bahwa salat merupakan ibadah yang wajib kita lakukan. Lantas bagaimana dengan salat kita? Jujur saja di bagian ini saya merasa tertampar karena belum menjadi umat muslim yang baik dan terkadang salatnya masih belum baik pula.

“Salat itu adalah tiang agama. Barangsiapa yang mendirikannya berarti ia telah mendirikan agama dan barangsiapa yang meninggalkannya berarti ia telah meruntuhkan agama” (HR. Baihaqi) – hlm 52.

Setelah membaca buku ini, rasanya saya mendapat hidayah. Tentu saja ingin berubah ke arah yang lebih baik dan lebih baik lagi. Sungguh, buku ini bagus sekali isinya. Banyak pengetahuan yang aku dapatkan dan ketahui serta mengajarkanku untuk menjadi umat muslim yang lebih baik.

Bismillah, semoga kita bisa menjadi hamba Allah yang senantiasa menjalankan ajaran-Nya. Aamiin Ya Rabbal Alamin.

#bektisiblogger

#motivasislami

#bukugpu

#bukugramedia

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Mie Instan NONGSHIM NEOGURI UDON: Rasa Kuahnya The Best!

Review Novel Weathering With You karya Makoto Shinkai: Cuaca, Hujan, dan Gadis Cerah

Review Mie Sedaap Cup Rawit Bingit Rasa Ayam Jerit: Pedesnya Bikin Menjerit

Review Mie Sedaap Rasa Ayam Bakar Limau

Cwan Dimsum & Taichan House: Solusi Jitu Untukmu yang Pengen Makan Dimsum