Review Buku: Siapa yang Datang ke Pemakamanku Saat Aku Mati Nanti karya Kim Sang-hyun

 

bektisibloggerWelcome April! Selamat datang di bulan keempat ini. Ngomong-ngomong soal pergantian bulan, tidak lengkap rasanya kalau kita tidak merenungi apa yang telah kita lakukan selama ini. Di awal tahun 2021 ini, sudahkah kita menjadi orang baik?

Pemikiran soal perenungan hidup dan refleksi diri membuat saya tertarik pada salah satu judul buku. Adalah buku berjudul “Siapa yang Datang ke Pemakamanku Saat Aku Mati Nanti?” karya Kim Sang-hyun.

Mendengar judulnya saja membuat saya bertanya-tanya dan juga berpikir “Ah benar juga. Kira-kira siapa ya yang besok akan datang ke pemakamanku saat aku mati? Apakah aku sudah hidup dengan baik, sehingga orang-orang mau datang? Apakah orang-orang akan menangisi kepergianku?”

Meskipun judul bukunya seperti terkesan “dark” begitu, pada kenyataannya isi buku ini sangatlah bagus. Tidak seram seperti judul bukunya. Mari kita simak ulasan dari buku ini ^^

~ Blurb ~

Siapa yang datang ke pemakamanku saat aku mati nanti? Satu pertanyaan sederhana itu membuat Kim Sang-hyun banyak berpikir tentang hidup dan segala persoalannya.

Buku ini adalah catatan kecil sang penulis yang berusaha untuk hidup sedikit lebih baik, sedikit lebih bahagia, sedikit lebih sejahtera. Ditulis dengan gaya bahasa yang tenang dan jujur, Kim Sang-hyun mencoba menyampaikan kehangatan, memberikan penghiburan, dan menumbuhkan kekuatan bagi pembaca untuk menjalani hidup, meraih mimpi, juga mengatasi kekecewaan dan berbagai perkara hidup sehari-hari.

Judul Buku: Siapa yang Datang ke Pemakamanku Saat Aku Mati Nanti?

Karya: Kim Sang-hyun

Penerbit: Penerbit Haru

Cetakan Pertama, Oktober 2020

Jumlah halaman: 168 hlm

ISBN: 978-623-7351-54-2

Bekti Si Blogger Photo

~ Review Buku ~

* Bentuk Buku *

Buku ini diselimuti cover berwarna hijau dan putih yang nampak sangat cantik. Kemudian dilengkapi gambar manusia yang sedang tertidur di dalam cangkir. Di dalam cangkir tersebut terdapat isian tanah, batu-batu dan juga rerumputan yang menurut pemikiran saya sebagai gambaran tentang pemakaman.

Bentuk bukunya kecil dengan jumlah halaman 168 hlm yang bisa kamu baca cepat atau bahkan selesai dalam satu hari atau beberapa jam. Namun saya sarankan untuk tidak membacanya dengan buru-buru karena isi bukunya sangat bagus dan bisa sebagai bahan perenungan.

Bekti Si Blogger Photo

* Pengantar *

Sebelum masuk pada isi buku, ada sepatah-dua patah kata pengantar dari dr.Andreas Kurniawan, SP.Kj. Judul buku ini juga memberikan sebuah pertanyaan besar bagi dirinya “Apakah saya sudah hidup cukup baik sampai ada yang mau datang? Apakah teman terbaik saya akan datang? Atau malah orang yang selama ini saya berikan label ‘lawan’ justru yang datang dan menangis paling kencang?” (hlm 7).

Kim Sang-hyun juga memberikan pengantarnya. Tidak seseram seperti judul bukunya, buku ini sebenarnya mempunyai tiga pesan. Pertama adalah harapan agar kita bahagia. Kedua harapan untuk menjadi orang baik agar dapat dikelilingi oleh orang-orang baik. Ketiga adalah bahwa pada akhirnya kita semua hanyalah manusia biasa (hlm 10).

* Isi Buku *

Buku ini merupakan buku terjemahan dan termasuk buku Self Improvement. Terjemahannya sangat apik dan mudah dipahami. Buku ini terdiri dari empat bab, antara lain “Kesalahan”, “Hati yang Hilang”, “Sejarah”, dan “Semoga Itu Kebahagiaan”.

Dari bab-bab tersebut masih dijabarkan menjadi banyak sub-bab. Pada dasarnya isi dari buku ini adalah sebuah ajakan untuk merenungi dan merefleksikan kehidupan kita, mengajak kita untuk menjadi diri sendiri dan apa adanya, serta mengajak kita untuk bahagia.

Buku ini memang mengajak kita untuk merenungi kehidupan kita, seperti dengan judulnya. Misalnya kematian itu datang, apakah banyak orang yang datang ke pemakaman kita? Apakah kita sudah berbuat baik, sehingga orang-orang akan menangisi kepergian kita? Dari dasar itulah membuat saya untuk menjadi pribadi yang lebih dan lebih baik lagi.

“Apa yang harus aku lakukan ketika kematian datang? Bagaimana pemakamanku nanti dijalankan? Apa ada orang yang akan mengingatku meski aku sudah mati? Atau jangan-jangan malah aku yang tidak bisa mengingat siapa pun ketika menghadapi kematian. Kira-kira ketika aku mati nanti, apa yang akan orang ingat tentang diriku?” (hlm 84).

Bekti Si Blogger Photo

Menjadi diri sendiri dan hidup apa adanya pun juga sangat penting untuk kebahagiaan kita sendiri. Sudahkah kamu menyayangi dirimu sendiri? Sudahkah kamu menghabiskan waktu untuk dirimu sendiri? Sudahkah kamu menjadi diri sendiri dan mengabaikan orang-orang yang tidak membuatmu bahagia? Ada kutipan menarik yang mungkin bisa menjadi tamparan keras untuk kita agar lebih menyanyangi diri sendiri.

“Kepadamu aku ingin berkata, tidak perlu menjadi orang yang sabar. Meski kamu meluapkan amarah, mengungkapkan apa pun yang ingin kamu katakan, bahkan menangis sekalipun, masih cukup banyak orang yang menyayangimu. Tidak ada salahnya meluapkan emosi” (hlm 22).

“Ketika semua orang sudah pulang, aku kembali memandangi ruang kantor kosong setelah menyelesaikan pekerjaanku. Seberapa banyak waktu yang kuhabiskan sebagai diriku sendiri hari ini? Akan seberapa hancur keyakinan tentang ‘aku bisa menjadi apa saja’?” (hlm 32).

Bekti Si Blogger Photo

Kebahagiaan menjadi poin penting dalam isi buku ini. “Aku ingin bahagia, aku ingin bahagia. Aku ingin bersama orang-orang yang aku sayangi. Aku ingin membahagiakan orang-orang yang aku sayangi. Aku ingin terus hidup bahagia”. Seperti itulah yang ada di benak saya setelah membaca buku ini. Rasanya kata bahagia menjadi kunci hidup yang harus disadari oleh manusia.

... [Pendingin Ruangan] ...

Ada salah satu sub-bab yang paling saya sukai dari buku ini, yaitu yang berjudul ”Pendingin Ruangan”. Penulis menceritakan pada saat musim panas dan ia sedang menjalani wajib militer, ia teringat akan ayah dan ibunya. Pada saat itu mereka tidak memiliki pendingin ruangan. Penulis pun membayangkan betapa panasnya cuaca di saat musim panas tersebut, kemudian ia membelikan pendingin ruangan untuk orang tuanya.

“Berkat anakku, ibu jadi bisa menikmati kesejukan di musim panas. Terima kasih~”

Ibu, ibu, ibuku.

Ibu, kuharap kita bisa terus bahagia.

Ibu, sebuah kata yang pertama kali kuucapkan.

Ibu, kuharap kau selalu bahagia.

(hlm 66)

Ah… entah mengapa ketika membaca sub-bab itu aku sangat terharu dan tentu saja teringat dengan ayah dan ibuku. Rasanya benar-benar hangat apabila kita hidup bahagia bersama orang-orang yang kita sayangi. Dan tentu saja, kebahagiaan itu sederhana.

Bekti Si Blogger Photo

~ Summary ~

Meskipun judul bukunya terkesan “dark”, tapi sungguh isi buku ini sangatlah manis dan bagus. Untukmu yang sedang membutuhkan buku-buku perenungan, buku ini sangat saya rekomendasikan untuk dibaca. Kamu akan menemukan kata bahagia yang cukup banyak karena buku ini mengajak kita untuk selalu bahagia.

“Aku ingin merawat kebahagiaan di sekelilingku, satu per satu, lalu menanamnya dalam hati. Kuharap, kebahagiaan yang telah aku kumpulkan itu bisa tumbuh dengan cepat, agar aku bisa bahagia setiap hari, bahkan saat kehidupan ini tidak penuh dengan kebahagiaan” (hlm 164).

Bekti Si Blogger Photo

#bektisiblogger

#reviewbuku

#siapayangdatangkepemakamankusaatakumatinanti

#ifidiewhowillcometomyfuneral

#kimsanghyun

#bookstagramindonesia

#goodreadsindonesia

#penerbitharu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Novel Funiculi Funicula

Review Mie Sedaap Rasa Ayam Bakar Limau

Review Pop Mie Pake Nasi Rasa Soto Ayam: Mie Cup yang Bikin Kenyang

Review Buku Crying Doesn’t Change a Thing karya Park Joon

Out of the BooX 2021 [Out of the BooX Dolan ning Yogyakarta]